Alek Gugi Gustaman, SKM

A.  Latar belakang

HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang termasuk famili retroviridae  yang dapat menginfeksi sel limfosit dan menyebabkan penurunan kekebalan tubuh.  Sementara itu, AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) sendiri didefinisikan sebagai  kumpulan gejala atau penyakit yang disebabkan oleh penurunan kekebalan tubuh akibat  infeksi HIV (Djoerban,  2015).

Kasus AIDS pertama kali ditemukan di Amerika Serikat pada tahun 1981 (Fauci, 2018). Sedangkan di Indonesia AIDS pertama kali dilaporkan secara resmi oleh Departemen  Kesehatan pada tahun 1987 di Provinsi Bali (Djoerban,  2015). Di seluruh dunia terdapat 35 juta orang yang  menderita HIV dan 19 juta orang diantaranya tidak mengetahui kondisi tersebut (UNAIDS, 2014). Di kawasan  Asia Pasifik dilaporkan terdapat 350.000 orang yang menderita HIV dan sekitar 64% yang  terinfeksi adalah laki-laki. (UNAIDS, 2013) Pada tahun 2017, terdapat 48.300 kasus HIV positif di Indonesia  dan 9.280 orang diantaranya telah memasuki tahap akhir dari infeksi tersebut yaitu AIDS (Kemenkes RI, 2017)

Penyakit ini dapat ditularkan melalui berbagai cairan tubuh. Orang-orang yang  beresiko tinggi terkena penyakit ini adalah pengguna narkotika dengan jarum suntik secara  bergantian, pekerja seks komersial, penerima donor darah dari orang yang terinfeksi, dan bayi  dengan ibu yang terinfeksi HIV (Fauci, 2018).

Tingginya jumlah penderita penyakit ini serta banyaknya orang yang beresiko  terpapar menjadikan HIV/AIDS sebagai salah satu penyakit infeksi yang harus terus  dipelajari. Tes diagnostik HIV, upaya pencegahan dan pengobatan serta edukasi pada  masyarakat awam tentang penyakit ini menjadi penting untuk diketahui agar meminimalisir  resiko penularan. Saat ini, baik pemerintah Indonesia maupun dunia sedang terus  mengembangkan cara paling efektif untuk menghambat penyebaran penyakit serta  meningkatkan kesembuhan pasien dengan cara mengkampanyekan penggunaan alat  kontrasepsi serta pengobatan menggunakan ARV (Djoerban,  2015).

B.  DEFINISI

Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah sejenis virus yang menginfeksi sel darah putih yang menyebabkan turunnya kekebalan tubuh manusia. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah sekumpulan gejala yang timbul karena turunnya kekebalan tubuh yang disebabkan oleh infeksi HIV. (Kemenkes. 2016)

C.  ETIOLOGI

Penyebab acquired immunodefficiency virus (AIDS) adalah human immunideficiency virus (HIV). Virus HIV diklasifikasikan menjadi HIV-1 dan HIV-2. HIV-1 lebih tersebar luas di seluruh dunia dan lebih mudah ditularkan. HIV-1 berasal dari Afrika Tengah. HIV-2 daya infeksi dan penyebarannya tidak sekuat HIV-1 dan berasal dari Afrika Barat. Kedua varian virus ini secara antigen terkait dengan virus imunodefisiensi yang ditemukan terutama pada primata (Valiant dan Gulick, 2022)

D. FAKTOR RISIKO

HIV dapat ditularkan melalui pertukaran berbagai cairan tubuh dari orang yang terinfeksi, seperti darah, ASI (air susu ibu), cairan sperma dan cairan vagina. HIV juga dapat ditularkan dari seorang ibu ke anaknya selama kehamilan dan persalinan. Orang tidak dapat terinfeksi dari kontak sehari-hari seperti mencium, berpelukan, berjabat tangan atau berbagi benda pribadi seperti makanan, atau air (WHO, 2019).

Sebagai berikut adalah yang berisiko terinfeksi HIV:

·      pekerja seks laki-laki atau perempuan

·      pengguna NAPZA suntik

·      laki-laki yang berhubungan seks dengan sesama laki-laki dan transgender

·      hubungan seks yang berisiko atau tidak aman

·      pernah atau sedang mengidap penyakit infeksi menular seksual (IMS)

·      pernah mendapatkan transfusi darah

·      pembuatan tato dan/atau alat medis/alat tajam yang tercemar HIV

·      bayi dari ibu dengan HIV/AIDS

·      Pasangan serodiskordan -  salah satu pasangan positif HIV (PPK, 2017)

E.  MANIFESTASI KLINIS

Infeksi HIV tidak akan langsung memperlihatkan gejala atau keluhan tertentu. Pasien datang dapat dengan keluhan:

1. Demam (suhu >37,5 C) terus menerus atau intermiten lebih dari satu bulan.

2. Diare yang terus menerus atau intermiten lebih dari satu bulan.

3. Keluhan disertai kehilangan berat badan (BB) >10% dari berat badan dasar.

4. Keluhan lain bergantung dari penyakit yang menyertainya.

F. PENCEGAHAN

    Pencegahan secara umum

·      Memiliki pengetahuan yang benar

·      Berperilaku yang bertanggung jawab, yang tidak mengarah kepada risiko penularan AIDS, misalnya menggunakan narkoba, atau mabuk

·      Tidak menstigma dan mendiskriminasi ODHA

·      Mengetahui status HIV secara dini jika merasa berisiko telah tertular dengan cara melakukan tes darah secara sukarela

·      Pengobatan ARV bagi orang dengan HIV yang memenuhi syarat pengobatan

·      Memberikan dukungan, perawatan dan pengobatan bagi ODHA

     Pencegahan penularan melalui hubungan seksual :

·         Yang belum menikah : Tidak melakukan hubungan seks

·         Yang sudah menikah : Saling setia pada pasangan

·         Pemakaian kondom dalam berhubungan seks yang berisiko

·         Pengobatan infeksi menular seksual (IMS) sedini mungkin

·         Sirkumsisi pada laki-laki

     Pencegahan penularan melalui darah/cairan tubuh lain

·         Penerapan kewaspadaan umum di semua pelayanan kesehatan, diantaranya :

            Jarum suntik sekali pakai, sterilisasi alat, pengelolaan limbah, perlindungan diri petugas

·         Tes skrining untuk darah pendonor/ organ tubuh untuk transplantasi

·         Jarum suntik sekali pakai untuk pengguna narkoba suntik

Pencegahan penularan HIV dari Ibu ke Anak

·      Pengetahuan yang benar tentang AIDS dan kesehatan reproduksi pada remaja perempuan

·      Konseling dan tes HIV untuk ibu hamil di daerah epidemi meluas seperti di Tanah Papua

·      Mencegah kehamilan yang tidak direncanakan jika ibu sudah sudah tahu statusnya HIV positif

·      Pemberian ARV pada ibu dan bayi menjelang dan setelah persalinan

·      Persalinan secara operasi (seksio sesaria), kecuali jika ibu sudah minum ARV secara teratur selama paling sedikit selama 6 bulan

·      Konsultasi dengan petugas kesehatan mengenai pemberian ASI untuk bayi

·      Dukungan bagi keluarga dengan ibu yang HIV positif

 

G.    KOMPLIKASI

Komplikasi penyakit HIV adalah perkembangannya menjadi sindrom imunodefisiensi yang didapat (AIDS). Dokter harus mencurigainya begitu infeksi oportunistik dan/atau jumlah CD4 rendah muncul pada orang yang positif HIV.

AIDS terjadi ketika jumlah limfosit turun di bawah level (kurang dari 200 sel per mikroliter) dan ditandai dengan satu atau lebih hal berikut:

§  Tuberkulosis (TBC)

§  Sitomegalovirus

§  Kandidiasis

§  Meningitis kriptokokus

§  Kriptosporidiosis

§  Toksoplasmosis

§  Sarkoma Kaposi

§  Limfoma

§  Komplikasi neurologis (kompleks demensia AIDS)

§  Penyakit ginjal

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Justiz Vaillant AA, Gulick PG. HIV Disease Current Practice. [Updated 2022 Sep 20]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2023 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK534860/

Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Kesehatan Primer.2017.PB IDI

WHO HIV update.2019. Global Summary Web, World Health Organization

Djoerban Z, Djauzi S. HIV/AIDS di Indonesia. In: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I,  Simadibrata MK, Setiati S, eds. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Ed 6. Jakarta: Pusat  Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. 2015.

Fauci AS, Lane HC. Human Immunodeficiency Virus Disease: AIDS and related  disorders. In: Kasper DL, Fauci AS, Longo DL, Braunwald E, Hause SL, Jameson JL.  editors. Harrison’s Principles of Internal Medicine. 20th ed. The United States of America:  McGraw-Hill. 2018.

UNAIDS. The Gap Report. 2014.

UNAIDS. UNAIDS Report in 2013: HIV in Asia and The Pasific. 2013.

Kementrian Kesehatan RI. Laporan Perkembangan HIV/AIDS dan Penyakit Infeksi  Menular Seksual (PIMS) Triwulan IV Tahun 2016. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI. 2017.