Hipotensi Ortostatik pada Lansia
- Jumat, 14 Juli 2023
- Post by PKRS
- 216 kali
- SHARE

Alek Gugi Gustaman, SKM
Penggolongan usia lanjut menurut WHO adalah seseorang dengan usia lebih dari 60 tahun. Pada lansia terjadi penurunan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri dan mempertahankan struktur serta fungsi normalnya, sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (Darmojo, 2015).
Secara global jumlah dan proporsi penduduk berusia 60 tahun ke atas dalam populasi semakin meningkat. Pada 2019, jumlah penduduk berusia 60 tahun ke atas adalah 1 miliar. Jumlah ini akan meningkat menjadi 1,4 miliar pada tahun 2030 dan 2,1 miliar pada tahun 2050. Peningkatan ini terjadi dengan kecepatan yang belum pernah terjadi sebelumnya dan akan semakin cepat dalam beberapa dekade mendatang, terutama di negara-negara berkembang. (WHO, 2022)
Menurut WHO populasi manusia di Asia Tenggara cenderung menua dengan cepat. Proporsi orang berusia 60 tahun ke atas adalah 9,8% pada tahun 2017, namun akan meningkat menjadi 13,7% dan 20,3% pada tahun 2030 dan pada tahun 2050. Masalah kesehatan yang dihadapi lansia beragam seperti penyakit tidak menular (PTM), kesehatan mental termasuk demensia, serta cedera dan kecacatan akibat penurunan kemampuan fungsional. (WHO, 2022)
Hipotensi ortostatik dapat didefinisikan sebagai penurunan tekanan darah dalam 3 menit awal setelah perubahan posisi terlentang ke posisi tegak. Prevalensi hipotensi ortostatik meningkat seiring bertambahnya usia, bervariasi antara 20% dan 30% pada pasien berusia di atas 65 tahun. Pada lansia terjadi penurunan kemampuan adaptasi tubuh seiring bertambahnya usia sehingga meningkatkan terjadinya hipotensi ortostatik pada lansia. (Ahmet, 2021)
Hipotensi ortostatik berkaitan dnegan komorbiditas seperti penyakit jantung koroner, gagal jantung kongesti, stroke, demensia, dan lain-lain. Komorbiditas cenderung bertambah pada usia lanjut dan juga beberapa penggunaan obat yang dapat menyebabkan terjadinya hipotensi ortostatik. Hipotensi ortostatik merupakan penyebab morbiditas dan mortalitas yang signifikan pada lansia. (Ahmet, 2021)
Berdasarkan latar belakang diatas, hipotensi ortostatik pada lansia memerlukan perhatian dan tidak mengabikan hipotensi ortostatik karena menimbulkan dampak yang merugikan dari berbagai macam aspek dalam kehidupan sehari-hari seorang lansia. Oleh karena itu, dibutuhkan peran keluarga dalam mengetahui gejala hipotensi ortostatik sehingga diperlukan edukasi kepada keluarga agar mencegah masalah yang dapat timbul akibat hipotensi ortostatik pada lansia.
A. Definisi Lanjut Usia
Lanjut usia menurut WHO dapat dikategorikan menjadi 4 yaitu (Philip, 2015)
· Usia pertengahanà45-59 tahun
· Lanjut usiaà60-74 tahun
· Lanjut usia tuaà75-89 tahun
· Sangat tuaà90 tahun keatas
B. Definisi Hipotensi Ortostatik
Hipotensi ortostatik adalah kondisi menurunnya tekanan darah sistolik minimal 20 mmHg atau tekanan darah diastolik minimal 10 mmHg dalam waktu 3 menit saat berdiri atau saat kepala ditinggikan lebih dari >60° saat berbaring
Hipotensi ortostatik, atau disebut juga dengan hipotensi postural, dapat bersifat asimptomatik dan simptomatik, seperti kepala terasa ringan (lightheadedness) dan pusing mengambang (dizziness). Gejala lain dapat berupa nyeri kepala, nyeri dada, kelemahan tungkai (leg buckling), atau sinkop yang terjadi secara tiba-tiba saat pasien melakukan bangun dari posisi berbaring.
Hipotensi ortostatik adalah suatu keadaan yang diakibatkan penyakit lain sebagai etiologi, sehingga begitu diagnosis ditegakkan, harus segera dicari penyakit yang mendasarinya.
C. Epidemiologi
Pada lansia, diketahui terdapat perubahan penuaan pada tubuh dimana pembuluh darah dari lansia mengalami perubahan menjadi lebih kaku sehingga kemampuan untuk mengalami vasodilatasi dan vasokonstriksi menjadi berkurang. Menurut penelitian dari Gupta et al, prosentase kemungkinan mengalami hipotensi postural meningkat 20% pada usia 65 tahun. Pada usia 75 tahun, kemungkinan meningkat menjadi 30%, sedangkan pada lansia yang mengalami banyak penyakit, kemungkinan hipotensi postural meningkat menjadi 50%. (BJM, 2019)
Hipotensi postural pada lansia juga dapat memberikan dampak yang lebih berbahaya dimana pada lansia dapat meningkatkan kemungkinan terjadi jatuh, fraktur, stroke, dan pingsan. Selain itu pada lansia juga cenderung menggunakan obat-obat yang lebih banyak, dimana penggunaan obat yang banyak juga dapat meningkatkan kemungkinan terjadi efek samping hipotensi postural. (BJM, 2019)
D. Klasifikasi Hipotensi Ortostatik
· Initial orthostatic hypotension (iOH) didefinisikan sebagai penurunan TD transien >40 mmHg sistolik atau >20 mmHg diastolik dengan gejala hipoperfusi serebral dalam 5-15 detik setelah berdiri, biasanya hilang dalam 20 detik. Fenomena ini, yang umum terjadi pada remaja yang sehat dan mungkin merupakan penyebab sinkop ortostatik yang tidak diketahui pada orang tua, lebih terlihat saat berdiri aktif daripada miring secara pasif. Gejala berkorelasi lebih dekat dengan perubahan tekanan darah sistolik daripada diastolik.
· Neurogenic orthostatic hypotension (nOH) didefinisikan sebagai penurunan tekanan darah yang berkelanjutan >20 mmHg sistolik atau >10 mmHg diastolik, dengan atau tanpa gejala, dalam waktu 3 menit berdiri atau memiringkan kepala. Pada saraf noradrenergik simpatik nOH secara konsisten gagal memediasi respons kardiovaskular refleksif yang diperlukan untuk mempertahankan tekanan darah sebagai respons terhadap stres ortostatik. Kegagalan noradrenergik simpatik dapat terjadi secara perifer di ganglia simpatik atau di neuron simpatik postganglionik yang menginervasi adrenoseptor vaskular, atau secara sentral di otak atau jalur sumsum tulang belakang yang mengatur aliran simpatik. Diagnosis banding meliputi α-synucleinopathies: atrofi sistem multipel, kegagalan otonom murni, dan penyakit Parkinson; defisiensi dopamin β-hidroksilase; ganglionopati otonom autoimun; dan neuropati otonom, terutama yang disebabkan oleh amiloidosis dan diabetes. Pasien-pasien ini juga mengalami gangguan respon noradrenergik terhadap manuver Valsava.
· Delayed orthostatic hypotension (dOH) didefinisikan sebagai penurunan TD yang memenuhi kriteria nOH tetapi terjadi setelah 3 menit. Ini mungkin menunjukkan bentuk awal atau lebih ringan dari kegagalan noradrenergik atau kontribusi dari faktor-faktor seperti obat antihipertensi, pengumpulan vena, filtrasi cairan transkapiler, atau gangguan respon neurohumoral.
· Neurally mediated syncope (vOH), juga dikenal sebagai sinkop vasovagal atau vasodepresor, terdiri dari serangkaian fenomena kompleks yang mencakup penarikan paroksismal nada vasopresor simpatis, seringkali selama berdiri lama, pada pasien yang sebaliknya memiliki sistem saraf otonom yang berfungsi normal. Mengikuti interval TD normal dalam posisi tegak, TD menurun selama 1-3 menit. Setelah tekanan darah rata-rata pada tingkat jantung turun di bawah 50 mmHg, kehilangan kesadaran terjadi dalam waktu 7 detik. Pasien-pasien ini tidak memiliki OH di lain waktu.
· Cardiovascular orthostatic hypotension (cOH) hasil dari hipovolemia intravaskular, yang biasanya disertai dengan takikardia kompensasi, atau dari penurunan curah jantung. Penyebabnya antara lain dehidrasi, venapooling, disritmia jantung, kardiomiopati, dan penyakit katup jantung.
· Orthostatic pseudohypotension (pOH) terdiri dari OH yang jelas ketika BP terlentang pada awal ditinggikan, yang mungkin disebabkan oleh hipertensi telentang bersamaan, waktu istirahat yang tidak cukup untuk menetapkan garis dasar yang valid, atau fluktuasi BP awal pada pasien dengan hipertensi labil. Untuk mengkompensasi, ambang batas yang lebih tinggi dari 30 mmHg perubahan BP sistolik telah diusulkan untuk menentukan nOH dalam kasus tersebut.
Angka penting, dan OH tidak boleh didiagnosis berdasarkan gejala tanpa juga mengukur tekanan darah ortostatik. Seseorang juga harus melihat melampaui angka dan mengevaluasi presentasi klinis setiap pasien, karena tidak semua OH sama dalam hal patofisiologi atau pendekatan pengobatan.
E. Penyebab Hipotensi Ortostatik
Etiologi hipotensi ortostatik dibagi menjadi gangguan neurogenik yang menyebabkan gangguan otonom dan nonneurogenik seperti deplesi volume intravaskular. Etiologi neurogenik dibagi lagi menjadi gangguan pada otak, gangguan pada medula spinalis, serta neuropati otonom. Sedangkan pasien hipotensi ortostatik nonneurogenik meliputi deplesi volume dan gangguan kardiovaskular
1. Gangguan Neurogenik
Gangguan neurogenik yang dapat menyebabkan terjadinya hipotensi ortostatik dapat dibagi menjadi gangguan saraf pusat di otak, gangguan saraf pusat di medula spinalis, dan neuropati otonom.
2. Gangguan saraf pusat di otak terdiri dari:
· Synucleinopathies (multiple system atrophy, dementia Lewy body, dan Parkinson)
· Wernicke-korsakoff syndrome
· Kegagalan barorefleks
· Olivopontocerebellar atrophy
3. Gangguan saraf pusat di medula spinalis terdiri dari:
· Tetraplegia traumatic
· Siringomielia
· Tumor medulla spinalis
· Multiple sclerosis
Gangguan neuropati otonom kemudian dibagi menjadi neuropati otonom akut dan kronis.
a. Neuropati autonomik akut :
· Sindrom Guillain-Barre
· Autoimmune autonomic ganglionopathy
· Acute paraneoplastic autonomic neuropathy
· Botulisme
· Porphyria
· Neuropati otonom toksik, karena logam berat dan obat-obatan, seperti alpha blocker (tamsulosin)
b. Neuropati autonomik kronis :
· Neuropati otonom diabetic
· Neuropati otonom amyloid
· Autoimun otonom ganglionopati
· Disotonomia familial dan otonom genetik lainnya
· Kegagalan otonom murni
· Neuropati otonom idiopatik
4. Gangguan Nonneurogenik
Gangguan nonneurogenik yang menyebabkan hipotensi ortostatik dapat dibagi dapat disebabkan karena deplesi volume intravaskular, gangguan kardiovaskular, maupun keadaan lainnya seperti insufisiensi adrenal dan penuaan.
Deplesi volume intravaskular dapat disebabkan karena perdarahan maupun syok, dehidrasi, anemia, serta hiperglikemia. Sedangkan gangguan kardiovaskular yang menyebabkan hipotensi ortostatik dapat disebabkan oleh gangguan pompa jantung seperti gagal jantung, gangguan konduksi seperti aritmia, dan keadaan lain seperti hipertensi.
F. Faktor Risiko Hipotensi Ortostatik
Siapa pun bisa mengalami hipotensi ortostatik. Kondisi ini menjadi lebih umum seiring bertambahnya usia. Faktor-faktor ini meningkatkan risiko Anda:
· Anemia atau defisiensi vitamin B12.
· Dehidrasi dari diare, muntah atau diuretik.
· Masalah endokrin, termasuk diabetes, penyakit tiroid dan Penyakit Adison.