Kesiapan Anak Dalam Menghadapi Perundungan di Sekolah
- Jumat, 21 Oktober 2022
- Post by PKRS
- 236 kali
- SHARE

Riezki Aulia, S.Psi., M.Psi., Psikolog
Bullying/Perundungan adalah suatu bentuk perilaku agresif di mana seseorang dengan sengaja dan berulang kali menyebabkan orang lain cedera atau tidak nyaman (APA Dictionary of Psychology). Bullying merupakan tindakan negatif yang sering menjadi pola. Bullying dapat berupa kontak fisik, kata-kata, atau tindakan yang lebih halus. Individu yang dirundung biasanya mengalami kesulitan membela dirinya sendiri dan tidak melakukan apa pun untuk "menyebabkan" perundungan. Perundungan daring (Cyberbullying) adalah perilaku mengancam atau melecehkan secara verbal yang dilakukan melalui teknologi elektronik seperti telepon seluler, email, media sosial, atau pesan teks.
“Orang tidak dilahirkan sebagai perundung, mereka yang menjadikan diri mereka seperti itu.”
Anak-anak lahir tidak membawa karakteristik atau bahkan genetik perundung. Perlakuan dan situasi lingkungan yang negatif dapat membentuk karakteristik anak menjadi seorang perundung. Orang tua punya andil pada pembentukan anak baik menjadi calon perundung ataupun calon dirundung. Pola asuh yang tidak adekuat, tidak konsisten, penuh tekanan atau tuntutan dan hukuman yang keras tanpa disertai arahan yang jelas dapat mengantarkan pada pembentukan anak perundung maupun dirundung. Mereka belajar bagaimana berperilaku ataupun bersikap atas suatu hal dengan meniru figur orang terdekatnya yaitu orang tua.
Perundungan tidak sama dengan memiliki kecenderungan perkelahian, marah dan reaksi agresi lainnya. Perundungan dilakukan dengan adanya target dan pengulangan tindakan. Ada kerentanan tertentu yang dapat menyebabkan seseorang menjadi perundung. Hal ini dapat termasuk kurangnya kesadaran diri, harga diri yang rendah, dan kebutuhan untuk merasa berkuasa atau diakui dalam lingkungan ia berada. Perundungan tidak dilakukan pada banyak orang atau secara umum. Perundung akan memilih calon korbannya secara jelas. Biasanya mereka akan memilih calon korban yang merupakan seseorang tidak popular dalam kelompok, kemungkinan kecil untuk mendapatkan pembelaan oleh orang-orang di sekitar mereka, dan bahkan kadang kala orang yang unggul dalam suatu bidang. Seorang perundung memiliki kecenderungan harga diri yang rendah sehingga untuk mempertahankan dirinya ia melakukan tindakan menyerang kepada terget perundungannya.
Mengapa seseorang melakukan perundungan? Orang merundung karena hal itu bisa menjadi cara yang efektif untuk mereka mendapatkan apa yang diinginkan, setidaknya dalam jangka pendek, dan mereka tidak memiliki keterampilan sosial untuk melakukannya tanpa merugikan orang lain. Perundungan juga merupakan cara membangun dominasi sosial, meskipun seiring waktu itu menjadi cara yang semakin disfungsional. Penelitian menemukan bahwa pelaku perundungan memiliki susunan psikologis yang berbeda. Mereka tidak memiliki kemampuan perilaku prososial, tidak terganggu oleh kecemasan, dan tidak memahami perasaan orang lain. Mereka menunjukkan ciri kognitif yang khas, semacam paranoia: Mereka salah membaca niat orang lain, sering kali menganggap permusuhan dalam situasi netral. Orang lain mungkin tidak menyukai mereka, tetapi mereka biasanya melihat diri mereka sendiri dengan cukup positif. Mereka yang melakukan perundungan kronis cenderung memiliki hubungan yang tegang dengan orang tua dan teman sebayanya.
Anak-anak dan remaja yang kurang memiliki keterampilan pemecahan masalah sosial dan kesulitan dalam bidang akademik meliki resiko yang lebih besar untuk dapat menjadi seorang perundung, korban, atau keduanya daripada mereka yang tidak mengalami kesulitan tersebut (Cook, 2010). Sikap dan pemikiran yang negative tentang lingkungannya, merasa buruk pada dirinya, berasal dari lingkungan keluarga yang penuh konflik dan pengasuhan yang buruk, menganggap sekolah secara negative dan pengaruh lingkungan pertemanan yang buruk dapat mengembangkan kemungkinan anak untuk belajar menjadi tipikal seorang perundung. Sementara itu tipikal seorang korban perundungan cenderung agresif, kurang keterampilan sosial, berpikir negatif, mengalami kesulitan dalam memecahkan masalah sosial, berasal dari lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat yang negatif dan secara nyata ditolak dan diasingkan oleh teman sebaya.
Dampak Dari Perundungan
Patricia McDougall menerangkan dari hasil penelitiannya bahwa pengalaman dirundung itu dapat menyakitkan dan sulit dilupakan. Dampak negatifnya dapat berakibat buruk pada segi akademik, kesehatan fisik dan mental, hubungan sosial, dan persepsi diri. Hal ini dapat bertahan selama lama. Tetapi tidak setiap anak yang menjadi korban berkembang menjadi orang dewasa yang tidak dapat menyesuaikan diri.
Menurut Gary Ladd, PhD, Profesor psikologi di Universitas Arizona, perundungan pada anak di sekolah berhubungan dengan rendahnya prestasi akademik mereka. Hasil penelitian yang dilakukan diketahui bahwa anak-anak yang mengalami perundungan oleh teman sekolah ataupun perangkat sekolah memiliki motivasi prestasi akademik yang rendah dan keterikatan dengan aktivitas sekolah yang kurang pula. Selain dampak psikologis berupa kecemasan, trauma, dan depresi yang dialami anak-anak dirundung dampak panjang yang dapat dialami oleh mereka adalah motivasi berprestasi, kepercayaan diri dan kesukaan mereka dengan tempat belajar yang berkurang. Anak yang mulai berkurang mendapatkan perlakuan perundungan dan memperoleh dukungan positif dari guru dan teman-teman mereka dapat membantu meningkatkan rasa kepercayaan diri dan dorongan semangat untuk berprestasi kembali.
Perundungan merupakan hal yang sangat serius. Ada hubungan yang kuat antara perundungan dengan bunuh diri. Bunuh diri, upaya bunuh diri, dan ide atau pikiran untuk bunuh diri adalah masalah yang sangat serius. Entah apakah perundungan dilakukan secara langsung ataupun online, sayangnya hal ini dapat berdampak umum untuk mengalami tindakan atau pemikiran bunuh diri dan khususnya pada remaja.
Penanganan Perundungan
Menghindari dan mengabaikan perundung dapat menjadi salah satu cara untuk menangani perundungan. Jika pelaku perundungan tidak berhasil menguasai dan mendapatkan perhatian korbannya, kemungkinan besar mereka akan berhenti bersikap begitu gigih untuk merundung. Menghindari dan mengabaikan pelaku perundungan akan membuat mereka tidak menang menguasai. Ketika berbicara tentang anak-anak yang menjadi korban bullying, memiliki teman di sekitar yang solid adalah cara lain untuk membantu melawan perundungan. Seorang perundung akan terintimidasi jika anak-anak dikelilingi oleh teman-teman yang baik.
Perundungan akan membuat anak merasa terisolasi dan malu. Untuk anak-anak yang dirundung atau pernah dirundung pada masa lalunya, mereka harus dapat untuk selalu berkomunikasi dan menjalin hubungan dengan orang yang memiliki kekuatan lebih tinggi. Contohnya seperti orang tua, konselor, Psikolog, atau lainnya. Membicarakan pengalaman mereka dapat membantu mereka menghindarinya di masa depan dan/atau menyembuhkan pengalaman traumatik yang mereka miliki sehingga dapat membantu menyehatkan dan mengamankan mereka.
Menangani kasus perundungan di sekolah, para guru dan perangkat sekolah dapat lebih menyadari situasi menyeluruh baik di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah. Peka terhadap situasi dan kondisi murid-muridnya serta kejadian yang terdapat di lingkungan sekolah dapat membantu menurunkan tingkat kejadian perundungan. Hal ini dapat dilakukan melalui pengawasan, observasi dan mengobrol dengan siswa tentang kehidupan mereka di sekolah. Dorong siswa untuk bercerita bukan mengadu. Pada saat terjadi perundungan usahakan untuk tidak mengadakan pertemuan antara pelaku perundungan dengan korban karena hal itu akan memalukan dan sangat mengintimidasi bagi siswa.
Melibatkan siswa dan orangtua siswa dalam menangani perundungan dan mendukung program anti-perundungan (anti bullying) dapat membantu mengatasi kasus perundungan. Keterlibatan orangtua siswa terkait bimbingan dalam menyikapi dan membimbing anak untuk membentuk karakteristik positif yang mendukung pencapaian program anti-perundungan. Siswa dapat menginformasikan tentang apa yang terjadi dan mengajarkan orangtua mengenai teknologi maupun cara terbaru yang digunakan anak-anak saat ini dalam perundungan, sehingga orangtua dapat antisipasi dan membimbing sesuai dengan perkembangan zaman.
Pihak sekolah dapat membangun program pembelajaran yang aman dan nyaman bagi siswa melalui pengaturan lingkungan belajar yang positif. Guru dan perangkat sekolah perlu secara eksplisit mengingatkan siswa bahwa perundungan tidak dapat diterima di sekolah dan perilaku seperti itu akan memiliki konsekuensi. Membuat dokumen anti-perundungan yang kemudian ditandatangani oleh siswa dan orangtua/wali kemudian dikembalikan ke sekolah, dapat membantu siswa memahami penanganan keseriusan perundungan oleh pihak sekolah. Selain itu, bagi siswa yang kesulitan menyesuaikan diri atau mencari teman, guru dan pengurus dapat memfasilitasi kegiatan pertemanan atau memberikan “tugas” tertentu kepada siswa untuk dilakukan saat istirahat agar anak tidak merasa terasing atau terancam menjadi sasaran perundungan.
Bagi orangtua yang anaknya dirundung, melalui observasi dan peka terhadap perubahan yang terjadi pada anak dapat membantu anak untuk terbuka jika dirinya mengalami perundungan. Tanda-tanda seperti baju yang berantakan atau sobek, enggan pergi ke sekolah, kurang nafsu makan, mengalami mimpi buruk, menangis atau murung berkepanjangan dan tidak biasanya, atau mengalami gejala kecemasan dan depresi umum. Jika orangtua menemukan anaknya mengalami perundungan, jangan beri tahu mereka untuk "merelakannya" atau "menerimanya" saja. Alih-alih, lakukanlah percakapan terbuka di mana orangtua dapat mempelajari apa yang sebenarnya terjadi di sekolah sehingga dapat mengambil langkah yang tepat untuk memperbaiki situasi yang dialami anak. Hal terpenting, beri tahu kepada anak bahwa orangtua akan selalu ada disamping mereka dan siap membantu mereka, dan mereka harus berusaha untuk tidak melawan balik dengan perilaku yang serupa.
Ajarkan anak menangani situasi dan kondisi dirinya untuk tidak merasa hancur atau terkalahkan. Berlatih menghadapi situasi perundungan dengan bagaimana mengabaikan pelaku perundungan dan/atau mengembangkan strategi coping yang asertif. Bantu ajarkan anak mengidentifikasi guru dan teman yang dapat membantu mereka jika mereka merasa khawatir akan dirundung. Didik anak-anak dan diri sendiri tentang perundungan daring (cyberbullying) dan ajari anak-anak untuk tidak menanggapi atau meneruskan email yang mengancam diri mereka. Bangun pemikiran dan pandangan yang positif akan diri mereka bahwa diri mereka berharga, kuat dan lebih positif daripada yang disampaikan oleh perundung. Bila situasi semakin buruk, maka orangtua harus melaporkan perundungan ke sekolah, dan menindaklanjuti dengan surat yang disalin ke pengawas sekolah jika laporan awal mereka tidak mendapat tanggapan.
Bagi orangtua yang anaknya terlibat dalam perundungan, ajari anak tentang situasi dan dampak bahaya perundungan. Ada kemungkinan anak mengalami kesulitan membaca tanda-tanda sosial dan tidak tahu apa yang mereka lakukan itu dapat menyakitkan seseorang. Ingatkan anak bahwa menindas orang lain dapat memiliki konsekuensi hukum. Seperti yang diterangkan sebelumnya, bahwa anak-anak belajar perilaku melalui orang tua mereka. Mengalami perilaku agresif atau lingkungan yang terlalu ketat dengan aturan dan hukuman di rumah membuat anak-anak lebih rentan untuk melakukan perundungan di sekolah. Orang tua/pengasuh harus memberikan contoh positif untuk anak dalam berhubungan baik dengan orangtua maupun dengan orang lain.
Bagi anak/siswa, penting untuk dapat melapor setiap tindakan perundungan baik kepada orangtua atau orang dewasa yang dipercayai. Biasanya anak-anak tidak melaporkan tindakan perundungan dikarenakan mereka khawatir atau takut bahwa dirinya akan menjadi target baru. Begitupula ketika mendapatkan perundungan daring mereka takut untuk melaporkan kepada orangtua mereka karena khawatir gadget mereka akan ditahan atau tidak diizinkan untuk mengakses internet. Orangtua dan orang dewasa berusaha untuk dapat memberikan rasa aman, nyaman, hangat dan percaya kepada anak-anak agar mereka yakin bahwa dirinya baik-baik saja dan memahami bahwa tindakan perundungan itu salah dan harus ditangani serius. Mungkin sulit untuk tidak membalas, tetapi seperti kata pepatah, dua kesalahan tidak membuat benar. Cobalah untuk tidak menunjukkan kemarahan atau air mata. Katakan dengan tenang kepada pelaku untuk berhenti menindas atau pergi begitu saja. Selain itu, jika memungkinkan usahakan untuk menghindari situasi yang memungkinkan anak mengalami perundungan seperti berada pada lingkungan yang sepi. Lalu cobalah pergi ke kamar mandi bersama teman atau istirahat bersama. Saat di kelas, duduk di dekat bagian depan. Cobalah cari alternatif jalan lain jika mengetahui pelaku perundungan sering melalui jalan yang dilalui anak.
Foto oleh Mikhail Nilov: https://www.pexels.com/id-id/foto/orang-orang-duduk-anak-kecil-kursi-7929419/
Daftar Pustaka
apa.org. 30 Januari 2017. School Bullying Linked to Lower Academic Achievement, Research Finds. Diakses pada 9 September 2022, dari https://www.apa.org/news/press/releases/2017/01/school-bullying
apa.org. 2017. How Parents, Teachers, And Kids Can Take Action to Prevent Bullying. Diakses pada 13 September 2022, dari https://www.apa.org/topics/bullying/prevent
apa.org. 2010. Who Is Likely to Become a Bully, Victim or Both? Diakses pada 13 September 2022, dari https://www.apa.org/news/press/releases/2010/07/bully-victim
onlinepsychologydegree.info. 2022. 10 Things to Know About the Psychology of Bullying. Diakses pada 12 September 2022, dari https://www.onlinepsychologydegree.info/psychology-of-bullying/
psychologytoday.com. 2022. Bullying. Diakses pada 11 September 2022, dari https://www.psychologytoday.com/us/basics/bullying
McDougall, Patricia & Vaillancourt, Tracy. (2015). Long-Term Adult Outcomes of Peer Victimization in Childhood and Adolescence: Pathways to Adjustment and Maladjustment. American Psychological Association Journal Vol. 70, No. 4, 300 – 310.