Konsumsi Teh pada Anak, Apakah Ada Dampaknya?
- Selasa, 06 Agustus 2024
- Post by PKRS
- 3.713 kali
- SHARE

Noerul Ikmar, S.KM
Mengkonsumsi teh sudah seperti budaya di Indonesia. Pagi, siang atau sore hari tidak ada waktu khusus untuk minum teh. Kapan saja dapat dijadikan waktu yang tepat untuk minum teh. Apalagi, di cuaca yang panas akhir-akhir ini, minum teh manis dingin semakin digemari oleh sebagian orang. Begitu juga dengan teman makan, apapun makanannya, minumnya tetap pesan teh manis.
Teh bagi orang dewasa dipercaya memiliki berbagai manfaat. Teh hijau dan teh hitam bila dikonsumsi menurut penelitian dapat menurunkan kadar kolesterol sehingga dapat menurunkan risiko penyakit jantung pada orang dewasa. Teh juga mengandung polyphenol yang bersifat antioksidan dan anti radang yang berperan sebagai anti kanker.
Informasi mengenai manfaat teh hanya dapat diperoleh orang dewasa saja karena kebanyakan penelitian tentang manfaat teh dilakukan pada orang dewasa saja. Manfaat teh pada anak tidak banyak diketahui. Manfaat teh pada usia anak-anak belum terlalu jelas. Padahal, kegemaran minum teh tidak hanya pada orang dewasa saja. Kegemaran minum teh sudah mulai ada sejak anak-anak bahkan pada usia balita. Orang tua hendaknya memperhatikan asupan teh pada anak-anak karena ada beberapa dampak yang dapat berefek pada anak-anak.
Kandungan Stimulan dan Sifat Diuretik pada Teh
Teh mengandung sekitar 3% kafein, theobromine, dan teofilin. Ketiga zat tersebut merupakan stimulan. Kandungan stimulan tersebut dapat membuat anak lebih aktif daripada biasanya. Maka dari itu, orang tua harus kapan waktu anak minum teh. Apabila teh diminum pada malam hari, maka anak akan lebih aktif dan cenderung sulit tidur.
Teh memiliki potensi sebagai diuretik alami, yaitu dapat meningkatkan produksi urine. Konsumsi teh pada anak dapat meningkatkan intensitas anak berkemih. Hal ini perlu diwaspadai bila tidak diimbangi dengan intake cairan lain dikhawatirkan anak akan kekurangan cairan atau dehidrasi.Apalagi bila konsumsi air teh pada malam hari, anak berisiko terganggu jam istirahat tidurnya.
Kandungan Gizi pada Teh Dikhawatirkan Tidak Memenuhi Kebutuhan Anak
Minum teh pada anak seringkali berlebihan sehingga mengganggu pola makan anak. Setelah meminum teh biasanya anak akan merasa kenyang dan tidak mau makan. Padahal teh tidak mengandung zat gizi makro, seperti karbohidrat, protein, dan lemak. Selain itu teh hanya mengandung mineral sedikit sekali. Hal ini dapat merugikan bagi anak yang membutuhkan zat gizi lengkap untuk bisa tumbuh dan berkembang di masa pertumbuhan.
Teh Dapat Menghambat Penyerapan Zat Besi
Menjadikan es teh manis sebagai minuman pendamping saat makan sebaiknya dihindari karena polyphenol dan fitat yang terkandung dalam teh menghambat penyerapan zat besi. Akibatnya tubuh kekurangan asupan zat besi yang dapat menyebabkan anemia atau kurang darah. Anak- anak diperbolehkan untuk mengkonsumsi air teh namun harus diperhatikan jumlah dan waktu saat memberikannya. Konsumsi teh pada anak sebaiknya tidak diberikan berdekatan dengan jadwal makanan utama sehingga tidak mengganggu penyerapan zat besi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan si kecil.
Banyaknya Pilihan Teh Kemasan Yang Tinggi Gula
Era sekarang pilihan teh kemasan semakin menjamur. Teh dalam kemasan biasanya telah ditambahkan gula yang cukup banyak. Satu botol teh isi 250 ml bahkan diperkirakan dapat mengandung gula tambahan sekitar 20 gram. Padahal organisasi kesehatan dunia WHO menyarankan asupan gula tambahan sebanyak 10% dari total kalori. Bisa dibayangkan dampak yang diperoleh anak bila terlalu sering mengkonsumsi teh dalam kemasan. Teh dalam kemasan yang banyak mengandung gula tambahan ini merupakan salah satu minuman yang dikaitkan dengan meningkatnya kejadian obesitas pada anak.
Sumber Gambar:
https://www.freepik.com/free-vector/family-enjoying-time-together-illustrated_7773065.htm
Referensi:
Banjarnahor, R. O., Banurea, F. F., Panjaitan, J. O., Pasaribu, R. S. P., & Hafni, I. (2022). Faktor-faktor risiko penyebab kelebihan berat badan dan obesitas pada anak dan remaja: Studi literatur. Tropical Public Health Journal, 2(1), 35-45.