MENGENALI DAN MENGATASI CEPHALGIA/NYERI KEPALA PADA USIA PRODUKTIF
- Senin, 28 Agustus 2023
- Post by PKRS
- 193 kali
- SHARE

Alek Gugi Gustaman, SKM
A. Latar Belakang
Sakit kepala (cephalgia) merupakan salah satu alasan paling umum bagi pasien untuk mencari pertolongan medis secara global. Diperkirakan hampir setengah dari populasi orang dewasa pernah mengalami sakit kepala setidaknya sekali dalam setahun terakhir. Gangguan sakit kepala, yang ditandai dengan sakit kepala berulang, terkait dengan beban rasa sakit pribadi dan sosial, kecacatan, kualitas hidup yang rusak, dan biaya keuangan. Klasifikasi sakit kepala didasarkan pada International Classification of Headache Disorders (ICHD-3) edisi ketiga beta tahun 2013 sebagai gangguan sakit kepala primer dan gangguan sakit kepala sekunder. Gangguan sakit kepala primer termasuk migrain, sakit kepala tipe tegang (TTH), cephalalgia otonom trigeminal (TAC), dan gangguan sakit kepala primer lainnya. Sakit kepala sekunder termasuk lesi ruang intrakranial (SOLs), infeksi pada sistem saraf pusat, terutama meningitis atau ensefalitis; perdarahan subaraknoid; dan hipertensi intrakranial idiopatik. The Global Burden of Disease Study 2010 (GBD2010) melaporkan TTH sebagai gangguan paling umum kedua di seluruh dunia dan migrain sebagai yang ketiga (Nayak, 2020).
Nyeri kepala yang terjadi dapat menimbulkan dampak-dampak negatif bagi masyarakat jika tidak diatasi, yaitu menurunkan kualitas hidup, menurunkan kemampuan melakukan aktifitas dan menambah beban sosial-ekonomi masyarakat. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Stovner3di Norwegia pada tahun 2007 persentase prevalensi nyeri kepala sebesar 46%. Data lain menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2012, sekitar 90% populasi dewasa di dunia setidaknya pernah mengalami satu kali nyeri kepala dalam satu tahun (Habel, 2018).
Nyeri kepala merupakan suatu penyakit yang sangat umum terjadi di Indonesia bahkan di dunia. Menurut WHO (2012), sekitar 47% populasi dewasa di dunia setidaknya pernah mengalami satu kali nyeri kepala dalam satu tahun. Nyeri kepala juga merupakan salah satu gejala yang paling sering dirasakan oleh masyarakat dalam kehidupan sehari-hari, bahkan hingga saat ini nyeri kepala masih menjadi masalah yang sering terjadi. Berdasarkan data prevalensi diketahui bahwa nyeri kepala menempati peringkat teratas dengan persentase sebanyak 42% dari semua keluhan pasien neurologi (WHO, 2012).
Data yang ada di dunia menunjukkan jika orang dewasa usia 18-65 tahun mengeluh kepalanya sering nyeri dan tahun 2015 terdapat kurang lebih 30% pasien melapor migren dari usia populasi orang dewasa, sehingga peringkat nyeri kepala dibilang tinggi. Gejala yang memungkinkan terjadi di masyarakat ialah nyeri kepala, karena sering ditemukan dalam kehidupan sehari- hari (Syarie et al., 2021). Prevalensi nyeri kepala masuk dalam kategori peringkat atas dengan presentase 42% dari pasien neurologi yang dirawat di Indonesia (Candra et al., 2019).
Berdasarkan latar belakang tersebut, cephalgia pada usia produktif memerlukan perhatian karena menimbulkan dampak negatif dari berbagai macam aspek dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, dibutuhkan peran keluarga dalam mengetahui gejala cephalgia sehingga diperlukan edukasi kepada pasien dan keluarga agar mereka dapat menjalankan perannya dengan maksimal.
B. Definisi Cephalgia
Nyeri kepala adalah sensasi tidak menyenangkan pada daerah kepala tepatnya pada bagian atas kepala yang memanjang dari orbita sampai ke daerah belakang kepala dan sebagian daerah tengkuk (Wijaya, A.A., Sugiharto, H. and Zulkarnain, M., 2019).
C. Jenis Cephalgia
Dibagi menjadi 2 yaitu sakit kepala primer dan sekunder. Sakit kepala primer tidak diketahui penyebabnya. Sakit kepala sekunder adalah akibat dari kondisi lain yang menyebabkan traksi atau peradangan pada struktur yang peka terhadap rasa sakit. Sakit kepala primer yang paling umum termasuk migrain, sakit kepala tipe tension dan sakit kepala cluster. Sakit kepala yang berhubungan dengan infeksi, penyakit pembuluh darah, dan trauma adalah contoh sakit kepala sekunder yang lebih umum. Hanya 1% pasien tumor otak yang mengalami sakit kepala sebagai satu-satunya keluhan (Rizzoli, P., & Mullally, W. J., 2018).
1. Primer
Nyeri kepala primer merupakan nyeri kepala akibat interaksi kompleks antara faktor genetik dan lingkungan (Vania, A., 2020).
a. Migrain
Migren merupakan penyakit yang ditandai dengan nyeri kepala primer, bersifat berulang dengan manifestasi serangan selama 4-72 jam. Karakteristik nyeri kepala unilateral, berdenyut, intensitas sedang atau berat, bertambah berat dengan aktivitas fisik yang rutin dan diikuti dengan nausea dan ataufotofobia dan fonofobia (Elviana, S., 2020). Migrain adalah gangguan paling umum ketiga. Subtipe utamanya adalah migrain dengan dan tanpa aura. Aura adalah serangkaian gejala sistem saraf yang sepenuhnya dapat dibalik, paling sering gejala visual atau sensorik, yang biasanya berkembang secara bertahap, surut dan kemudian diikuti dengan sakit kepala disertai mual, muntah, fotofobia, dan fonofobia. Gejala biasanya terjadi berturut-turut minimal 5 menit atau lebih masing-masing dengan kompleks gejala total 5-60 menit (Rizzoli, P., & Mullally, W. J., 2018).
b. Tension headache
Nyeri kepala tipe tension/tegang adalah nyeri kepala bilateral yang bersifat menekan (pressing), mengikat, tidak berdenyut, bersifat ringan hingga sedang, tidak dipengaruhi oleh aktivitas fisik, tidak disertai mual atau muntah, serta disertai fotofobia atau fonofobia. Faktor-faktor yang diduga berkaitan dengan kejadian nyeri kepala tipe tegang diantaranya yaitu usia, jenis kelamin, dan kecemasan. Nyeri kepala tipe tegang dapat menyerang segala usia, dimana usia rata-rata adalah 25-30 tahun. Jenis kelamin juga merupakan faktor risiko terjadinya nyeri kepala tipe tegang dimana rasio perempuan:laki-laki adalah 5:4. Kecemasan merupakan salah satu faktor risiko terjadinya nyeri kepala. Penelitian Steven dkk, menyatakan bahwa nyeri kepala tipe tegang memiliki hubungan dengan gangguan mood dan kecemasan (Wjiaya, A.A., Sugiharto, H. and Zulkarnain, M., 2019).
c. Cluster
Sakit kepala cluster adalah gangguan sakit kepala primer dan merupakan yang paling umum dari cephalalgia otonom trigeminal. Ini mempengaruhi sekitar 1 dari 1000 populasi. Pasien menggambarkan serangan sakit kepala cluster sebagai nyeri unilateral yang intens dan parah, biasanya di supraorbital, retro-orbital, daerah temporal dan timbul jauh di dalam. Telah dikatakan secara anekdot, dan baru-baru ini dipelajari, bahwa pasien menggambarkannya sebagai sakit kepala terburuk yang pernah mereka alami (Wei, D.Y., Khalil, M. and Goadsby, P.J., 2019).
2. Sekunder
Nyeri kepala sekunder merupakan nyeri kepala sebagai gejala yang secara langsung disebabkan oleh suatu penyakit dasar. Nyeri kepala sekunder dapat dijelaskan dengan hubungan sebab akibat, jika penyebab tersebut sudah sembuh atau ditangani dengan baik, nyeri kepala tersebut diharapkan juga akan hilang (Vania, A., 2020). Sakit kepala akibat penyakit kejiwaan juga dianggap sekunder (Rizzoli, P., & Mullally, W. J., 2018).
a. Sinus
Istilah sakit kepala sinus secara luas diberikan kepada individu dengan nyeri wajah (Maurya, A., Qureshi, S., Jadia, S. and Maurya, M., 2019). Sakit kepala sinus adalah masalah umum dalam praktek otorhinolaryngological. Episode nyeri atau tekanan di area sinus (yaitu, frontal, maksila, etmoid) atau di sekitar mata sering dilaporkan. Gejala yang dilaporkan oleh pasien dengan sakit kepala sinus akibat sinusitis meliputi sumbatan hidung, hiposmia, dan sekret hidung purulen. Secara klinis, tanda-tanda penyakit dapat terlihat pada endoskopi, termasuk edema mukosa dan terutama mucopus (Kaymakç?, M., Gür, Ö.E. and Pay, G., 2014).
b. Neuralgia trigeminal
Neuralgia trigeminal adalah salah satu kondisi neurologis yang paling menyakitkan dan sering digambarkan sebagai 'petir' yang menempel di wajah atau sensasi menusuk di wajah. Memang, serangan rasa sakit yang berlangsung singkat seperti itu terjadi berkali-kali sepanjang hari, melemahkan pasien (Shankar Kikkeri N, Nagalli S., 2022). Neuralgia trigeminal (TN), juga dikenal sebagai tic douloureux, adalah kondisi nyeri kronis yang ditandai dengan episode singkat berulang dari nyeri seperti sengatan listrik yang memengaruhi saraf kranial (trigeminal) kelima, yang memperdarahi dahi, pipi, dan rahang bawah. Kondisi ini hampir selalu unilateral dan dapat melibatkan satu atau lebih cabang saraf trigeminal (Shankar Kikkeri N, Nagalli S., 2022).
D. Faktor Pemicu Cephalgia
Sakit kepala adalah salah satu keluhan medis yang paling umum, dengan prevalensi seumur hidup sebesar 46%. Sementara pasien yang mengalami migrain dan kondisi serupa biasanya adalah orang dewasa muda dan paruh baya, sakit kepala yang baru muncul juga terlihat pada populasi yang lebih tua. Sakit kepala primer dapat muncul secara de novo pada populasi yang lebih tua, tetapi indeks kecurigaan yang tinggi diperlukan untuk memastikan tidak ada penyebab sekunder yang berperan. Studi pada individu yang lebih tua telah menemukan tingkat sakit kepala bervariasi dari 8,8 hingga 24,4% dengan banyak yang mewakili migrain atau sakit kepala tipe tegang; namun, sakit kepala sekunder yang dicatat termasuk yang terkait dengan masalah pembuluh darah, struktur tengkorak, obat-obatan, dan hipoglikemia. Migrain sering berkembang selama hidup seseorang, tetapi sakit kepala sekunder baru dapat muncul sebagai perubahan fenomenologi sakit kepala sebelumnya atau sebagai sakit kepala baru (Robblee & Sing., 2020).
Migrain dan type tension headache jarang terjadi pada kelompok usia > 65 tahun dan harus menjadi diagnosis eksklusi. Pada individu yang lebih tua, migrain lebih cenderung bersifat bilateral dengan sensitivitas sensorik yang lebih rendah. Aura migrain dapat hadir tanpa sakit kepala; penilaian hati-hati diperlukan untuk mengecualikan stroke. Sakit kepala primer lain yang dibahas termasuk batuk, hipnik, dan sakit kepala lainnya. Penyebab sekunder yang dibahas termasuk arteritis giant cell, neuropati pasca-herpes trigeminal, apnea tidur, cardiac cephalgia, nyeri cervicogenic, etiologi vaskular, obat-obatan, dan sindroma mulut terbakar (Robblee & Sing., 2020).
E. Tanda dan Gejala Cephalgia
Terdapat beberapa tanda dan gejala cephalgia yang dapat ditermukan dalam jenis-jenis cephalgia, yaitu:
1. Migraine
Kriteria diagnostik International Headache Society (IHS) untuk migren tanpa aura mensyaratkan bahwa harus terdapat paling sedikit lima kali serangan nyeri kepala seumur hidup yang memenuhi kriteria berikut :
a) Berlangsung 4 ± 72 jam
b) Paling sedikit memenuhi dua dari:
· Unilateral
· Sensasi berdenyut
· Intensitas sedang berat
· Diperburuk oleh aktifitas
· Bisa terjadi mual muntah, fotofobia dan fonofobia.
Sedangkan menurut Konsensus nasional IV, Kelompok studi Nyeri Kepala , Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSI) tahun 2013, ktriteria diagnostic migrain tanpa aura :
a. Sekurang-kurangnya nyeri kepal berlangsung 4-72 jam (belum diobati atau tidak berhasil diobati)
b. Nyeri kepala memiliki sedikitnya dua diantar karakteristik berikut :
o Lokasi Unilateral
o Kualitas berdenyut
o Intensitas nyeri sedang atau berat
o Keadaan diperberat oleh aktifitas fisik atau diluar kebiasaan aktivitas rutin (seperti berjalan atau naik tangga)
c. Selama nyeri kepala disertai salah satu dibawah ini:
o Nausea atau muntah
o Fotofobia dan fonofobia
d. Tidak berkaitan dengan penyakit lain
2. Tension Type Headche (TTH)
Tension Type Headache harus memenuhi syarat yaitu sekurang-kurangnya dua dari berikut ini : (1) adanya sensasi tertekan/terjepit, (2) intensitas ringan-sedang, (3) lokasi bilateral, (4) tidak diperburuk aktivitas. Selain itu, tidak dijumpai mual muntah, tidak ada salah satu dari fotofobia dan fonofobia. Gejala klinis dapat berupa nyeri ringan- sedang-berat, tumpul seperti ditekan atau diikat, tidak berdenyut, menyeluruh, nyeri lebih hebat pada daerah kulit kepala, oksipital, dan belakang leher, terjadi spontan, memburuk oleh stress,insomnia, kelelahan kronis, iritabilitas, gangguan konsentrasi, kadang vertigo, danrasa tidak nyaman pada bagian leher, rahang serta temporomandibular
3. Cluster Headache
Diagnosis nyeri kepala klaster menggunakan kriteria oleh International Headache Society (IHS) adalah sebagai berikut:
a. Paling sedikit 5 kali serangan dengan kriteria seperti di bawah
b. Berat atau sangat berat unilateral orbital, supraorbital, dan atau nyeri temporal selama 15-180 menit bila tidak di tatalaksana.
c. Sakit kepala disertai satu dari kriteria dibawah ini :
o Injeksi konjungtiva ipsilateral dan atau lakriimasi
o Kongesti nasal ipsilateral dan atau rhinorrhea
o Edema kelopak mata ipsilateral
o Berkeringat pada bagian dahi dan wajah ipsilateral
o Miosis dan atau ptosis ipsilateral
o Kesadaran gelisah atau agitasi
d. Serangan mempunyai frekuensi 1 kali hingga 8 kali perhari
e. Tidak berhubungan dengan kelainan yang lain.
F. Cara Mencegah Cephalgia
Pencegahan cephalgia dapat dilakukan dengan melakukan beberapa intervensi bersama aktif, seperti manajemen gaya hidup, membatasi penggunaan obat hanya untuk kasus serangan akut. Dalam studi CHAMP, kebiasaan sehat yang diresepkan untuk anak-anak dan remaja untuk pencegahan serangan migrain adalah:
1. Hidrasi yang cukup
Hidrasi yang cukup dapat membantu mencegah terjadinya cephalgia, seperti asupan cairan non-kafein yang konsisten (rata-rata 8-10 cangkir per hari, populasi remaja).
2. Olahraga teratur
Secara farmakologi, topiramate efektif dan dapat ditoleransi dengan baik dalam mencegah migrain, dan terpilih sebagai pilihan pertama dalam pengobatan profilaksis dewasa. Profilaksis non-farmakologis, seperti relaksasi dan latihan fisik aerobik. Olahraga dapat menjadi pilihan dalam mencegah serangan migrain pada pasien yang tidak mendapat manfaat dari pengobatan atau tidak ingin minum obat setiap hari.
3. Menghindari melewatkan makan
Pencegahan serangan berulang ETTH pertama harus memperhitungkan dua masalah. Pertama, pemicu yang diketahui harus dihindari. Misalnya, melewatkan makan dapat memicu serangan ETTH seperti pada migrain dan karenanya harus dihindari. Ada beberapa bukti baru bahwa estrogen dapat memicu ETTH mirip dengan migrain dan oleh karena itu pertimbangan harus diberikan untuk penarikan mereka jika diindikasikan.
4. Menjaga tidur teratur.
Anak-anak dan remaja dengan sakit kepala harus disarankan untuk mencapai keseimbangan hidup yang mencakup tidur dan makan teratur, hidrasi yang cukup, konsumsi kafein yang cukup, mengurangi konsumsi rokok dan alkohol, dan aktivitas fisik secara teratur harus dipromosikan untuk mencegah mereka menjadi sakit kepala. Nasihat gaya hidup ini harus dianggap sebagai pengobatan pencegahan pertama dan dianggap sebagai langkah sentral dalam pengelolaan program yang ditujukan untuk mengendalikan kekambuhan serangan migrain (Raucci, 2021).
DAFTAR PUSTAKA
1. Baraness L, Baker AM. Acute Headache. [Updated 2022 Oct 4]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2023 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK554510/
- Robblee, J., & Singh, R. H. (2020). Headache in the older population: causes, diagnoses, and treatments. Current pain and headache reports, 24, 1-9.
3. Raucci U, Boni A, Evangelisti M, Della Vecchia N, Velardi M, Ursitti F, Terrin G, Di Nardo G, Reale A, Villani A, Parisi P. Lifestyle Modifications to Help Prevent Headache at a Developmental Age. Front Neurol. 2021 Feb 2;11:618375. doi: 10.3389/fneur.2020.618375. PMID: 33603708; PMCID: PMC7884344.
4. Rizzoli, P., & Mullally, W. J. (2018). Headache. The American Journal of Medicine, 131(1), 17–24. doi:10.1016/j.amjmed.2017.09.0
5. Wjiaya, A.A., Sugiharto, H. and Zulkarnain, M., 2019. Hubungan Kecemasan dengan Nyeri Kepala Tipe Tegang pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Angkatan 2013. Sriwijaya Journal of Medicine, 2(1), pp.7-13.
6. Wei, D.Y., Khalil, M. and Goadsby, P.J., 2019. Managing cluster headache. Practical Neurology, 19(6), pp.521-528.
7. Vania, A., 2020. Evaluasi Nyeri Kepala pada Anak dan Remaja. Cermin Dunia Kedokteran, 47(2), pp.117-122.
8. Maurya, A., Qureshi, S., Jadia, S. and Maurya, M., 2019. “Sinus Headache”: Diagnosis and Dilemma?? An Analytical and Prospective Study. Indian Journal of Otolaryngology and Head & Neck Surgery, 71, pp.367-370.
9. Kaymakç?, M., Gür, Ö.E. and Pay, G., 2014. Prevalence and etiological causes of sinus headache in 113 consecutive patients with chronic rhinosinusitis.
10. Shankar Kikkeri N, Nagalli S. Trigeminal Neuralgia. [Updated 2022 Jul 9]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2023 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK554486/
11. Al‘Amali, M.K., Imandiri, A. and Sukardiman, S., 2019. Acupressure and Aromatic Ginger Herb for a Migraine. Journal of Vocational Health Studies, 2(2), pp.80-85.
12. Blanda, M. & Dafer, R. M., 2021. Cluster Headache. [Online]
Available at: https://emedicine.medscape.com/article/1142459-overview#a3
[Accessed 22 July 2023].
13. Muthmainnina, Auliya Nur., Kurniawan, Shahdevi Nandar. 2022. TENSION TYPE HEADACHE (TTH). RESEARCH ARTICLE, JPHV 2022;3 DOI: 10.21776/ub.jphv.2022.003.02.3
14. Nayak S, Parida M, Das SB, Padhi PK, Behera M, Patil A, Khurana A, Kumar Swain S. Clinical Characteristics and Management of Headache: A Real-Life Prospective, Observational Study From a Tertiary Care Center in Eastern India. Cureus. 2020 Dec 31;12(12):e12409. doi: 10.7759/cureus.12409. PMID: 33409110; PMCID: PMC7779133.
15. Habel, PRG., et al. 2018. Hubungan Kualitas Tidur dengan Nyeri Kepala Primer pada Masyarakat Daerah Pesisir Desa Nusalaut, Ambon. SMART MEDICAL JOURNAL (2018) Vol. 1 No. 2. eISSN : 2621-0916
16. Anisa, M. and Kurniawan, S.N., 2022. CLUSTER HEADACHE. Journal of Pain, Headache and Vertigo, 3(2), pp.29-34.
17. Widjaja, J.H., 2022. Mekanisme Terjadinya Nyeri Kepala Primer. Jurnal Ilmiah Kedokteran Wijaya Kusuma, (1), pp.13-21.