Alek Gugi Gustaman, SKM

Wabah pneumonia gegerkan masyarakat Tiongkok dan dunia, tak terkecuali Indonesia. Pertanyaannya, apakah pneumonia yang menyerang Tiongkok sama dengan kasus pneumonia yang juga banyak ditemukan di Indonesia?

Pneumonia sendiri sebenarnya bukan penyakit yang asing, termasuk di Indonesia.

Apa Itu Pneumonia?

Menurut UNICEF/WHO (2006), radang paru-paru atau pneumonia adalah sakit yang terbentuk dari infeksi akut dari daerah saluran pernapasan bagian bawah secara spesifik memengaruhi paru-paru dan menyebabkan area tersebut dipenuhi dengan cairan, lendir atau nanah. Kondisi ini bisa membuat pasien mengalami sulit bernapas. 

Pneumonia adalah peradangan pada kantung udara di paru-paru akibat infeksi bakteri, virus, atau jamur. Pneumonia lebih rentan menyerang anak kecil, orang lanjut usia, dan mereka yang memiliki kondisi medis tertentu.

 

Faktor Risiko dan Penyebab Pneumonia

Pneumonia tidak hanya bisa menimpa orang dewasa, pneumonia juga bisa menimpa anak-anak. Meskipun begitu, penyakit yang dikenal juga dengan sebutan paru-paru basah ini sangat rentan menyerang anak-anak dan lansia, terutama yang mengidap penyakit paru-paru kronis.

Berikut beberapa orang yang masuk dalam kategori paling berisiko terkena pneumonia adalah:

·         Perokok aktif

·         Memiliki riwayat stroke

·         Bayi berusia 0-2 tahun, dan lansia di atas usia 65 tahun

·         Penggunaan obat-obatan tertentu yang menyebabkan masalah pada sistem imun, seperti steroid, konsumsi antibiotik dalam jangka panjang, dan lainnya

·         Memiliki riwayat asma, gagal jantung, diabetes, HIV/AIDS, cystic fibrosis, dan penyakit kronis lainnya.

·         Sedang menjalani kemoterapi. Kondisi ini bisa membuat sistem kekebalan tubuh menurun, sehingga virus dan bakteri mudah menyerang.

Mengenai penyebabnya, penyakit ini bisa disebabkan oleh infeksi virus, bakteri, dan jamur. Sementara untuk orang dewasa, penyebab pneumonia paling sering terjadi karena bakteri.

Pneumonia juga bisa disebabkan oleh infeksi virus SARS-CoV-2 atau yang dikenal dengan sebutan virus corona, penyebab COVID-19. Dibandingkan dengan kondisi lainnya, pneumonia akibat infeksi virus corona jauh lebih berbahaya.

Jika mengalami gejala pneumonia, segera lakukan pemeriksaan di rumah sakit terdekat untuk memastikan apakah pneumonia yang dialami terkait COVID-19 atau tidak.

 

Gejala Pneumonia

Pada dasarnya, gejala pneumonia hampir sama dengan masalah paru-paru lainnya, di antaranya batuk dengan intensitas tinggi dan disertai dahak. Selain itu, dilansir dalam Mayo Clinic, berikut beberapa gejala umum yang terjadi saat Anda mengalami pneumonia:

·         Demam tinggi, suhu tubuh mencapai lebih dari 38 derajat Celcius

·         Dada terasa sakit dan sulit bernapas

·         Penurunan nafsu makan

·         Berkeringat

·         Menggigil

·         Detak jantung terasa cepat

Selain gejala umum, ada juga gejala pneumonia lainnya yang cukup jarang terjadi namun bisa saja muncul sebagai gejala penyerta dari pneumonia adalah:

·         Batuk disertai darah

·         Nyeri sendi dan otot

·         Lemas dan lelah

·         Kepala sakit

·         Mual dan muntah

Gejala tersebut umumnya akan terjadi selama 1 - 2 hari, tanpa penurunan gejala. Namun, kondisi ini bisa berbeda tergantung dari sistem kekebalan tubuh masing-masing.

Cara Mengobati Pneumonia

Cara mengobati pneumonia harus disesuaikan dengan penyebab utama serta tingkat keparahannya. Dalam kondisi yang tidak terlalu parah, pneumonia akibat infeksi bakteri bisa diatasi dengan pemberian antibiotik, baik lewat oral maupun cairan infus. 

Sedangkan untuk pneumonia yang disebabkan oleh infeksi virus, cara pengobatannya bisa dengan mengkonsumsi obat anti-virus, seperti zanamivir (Relenza) atau oseltamivir (Tamiflu). 

Terkadang dokter akan memberikan beberapa obat tambahan untuk meringankan gejala pneumonia, seperti obat pereda nyeri, penurun panas, hingga obat batuk. Jika Anda mengalami gejala sesak napas atau kesulitan bernapas, dokter akan memasangkan alat bantu napas atau ventilator.

Pneumonia tidak bisa dianggap enteng. Maka dari itu semua proses pengobatan sebaiknya dilakukan di rumah sakit dengan pengawasan dokter spesialis paru. Hal ini dilakukan agar pasien bisa mendapatkan perawatan intensif, sekaligus mencegah resiko komplikasi yang lebih parah.

Lalu, jika Anda bukan penderita pneumonia, namun berada di daftar berisiko tinggi atau ada anggota keluarga yang mengalami pneumonia, lakukanlah beberapa upaya pencegahan berikut ini:

·         Tingkatkan asupan nutrisi dengan konsumsi makanan sehat, terutama buah dan sayuran yang bersifat antiradang dan dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh.

·         Jaga kebersihan diri dan lingkungan dengan mencuci tangan sebelum dan sesudah makan, sebelum mengolah makanan, dan setelah pulang beraktivitas dari luar.

·         Jauhi rokok, minuman beralkohol, dan jaga jarak dengan orang yang sedang sakit batuk, pilek, atau pasien pneumonia itu sendiri.

Sebagai bentuk kesiapsiagaan pemerintah dalam mengantisipasi penularan pneumonia di Indonesia, Kementerian Kesehatan melalui Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit bergerak cepat dengan menerbitkan Surat Edaran Nomor: PM.03.01/C/4632/2023 tentang Kewaspadaan Terhadap Kejadian Mycoplasma Pneumonia di Indonesia.

Dalam surat edaran tersebut, Kemenkes meminta KKP untuk melakukan pemantauan perkembangan kasus dan negara terjangkit di tingkat global. Pengawasan terhadap orang (awak, personel, dan penumpang), alat angkut, barang bawaan, lingkungan, vektor, binatang pembawa penyakit di pelabuhan, bandar udara dan pos lintas batas negara juga dilakukan, terutama yang berasal dari negara terjangkit.

Yuk tetap jaga kesehatan kita dengan hidup bersih dan sehat, jika mengalami keluhan kesehatan segera periksakan ke RSJ Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang. Untuk reservasi melalui  Call Center 24 jam : (0341) 426015, 429067 atau melalui website https://rsjrw.id/

Salam Sehat..

 

 

 

Referensi : Disadur dari berbagai sumber.