Noerul Ikmar, S.KM

 

Media sosial merupakan tempat berkumpulnya semua tren masa kini. Apa yang kita cari, dapat dengan mudah kita cari dan kita ikuti. Penggunaan media sosial untuk melihat tren tentu saja hal yang lumrah. Tetapi, apabila ketakutan dan cemas ketinggalan tren di media sosial apakah hal yang normal? Tentu saja tidak normal apabila hal tersebut dapat mengganggu kehidupan sehari-hari dan bisa saja menjadi FOMO.

Salah satu hal negatif dari penggunaan media sosial adalah fear of missing out atau biasa disebut FOMO. FOMO sendiri adalah ketakutan kehilangan momen apabila seseorang harus offline atau menjauh dari media sosial. Mereka merasa peluang untuk up to date akan hilang apabila mereka meninggalkan media sosial. Tentunya, keadaan ini akan menimbulkan gangguan-gangguan dalam kehidupan penderitanya.

Yang terlihat ketika seseorang dicurigai terjebak dalam perilaku FOMO

Gawai dapat menjadi indikator keterikatan seseorang dengan media sosial. Orang dengan gangguan FOMO akan merasa cemas apabila tidak dapat mengecek gawainya. Ada kecenderungan seseorang lebih mempedulikan media sosial melalui gawainya. Ada usaha untuk selalu mendapatkan berita terbaru, dan selalu ingin tahu dengan kehidupan orang lain. Keingintahuan yang berlebihan ini menyebabkan orang dengan gangguan FOMO berusaha mengikuti tren. Apabila ada ajakan ataupun promosi maka tidak akan bisa bilang tidak. Keadaan ini menyebabkan orang dengan gangguan FOMO cenderung terjebak dalam gaya hidup berlebihan atau hedonisme.

Kerugian-kerugian bila terjebak dalam perilaku FOMO

FOMO dapat menimbulkan perasaan negatif dan tidak nyaman karena dihantui kecemasan yang berlebih. Keadaan tersebut apabila dibiarkan terus-menerus akan meningkatkan risiko terjadinya masalah psikologis lainnya yang lebih serius. Apabila perilaku FOMO terus diikuti dan sekali ketinggalan, maka akan menurunkan tingkat percaya diri seseorang. Penurunan kepercayaan diri nantinya akan berkaitan dengan penurunan produktivitas dalam kehidupan sehari-hari. Yang lebih parah, masalah psikologis yang dihadapi akan membuat orang yang terjebak dalam perilaku FOMO menjadi lebih sensitif.

Yang dapat dilakukan agar terbebas dari perilaku FOMO

Untuk kita yang berusaha menghindari perilaku FOMO atau berusaha terbebas dari perilaku FOMO, berikut beberapa tips yang dapat kita aplikasikan:

1.    Membatasi penggunaan gawai

Saran sederhana tetapi pasti sulit untuk dilakukan. Siapa di antara kita yang busa lepas dari gawai? Rasanya tidak ada, ya. Penggunaan gawai tentunya sudah tidak asing bagi kita. Apalagi di era mudahnya akses internet dalam satu genggaman saja. Namun pembatasan tetap perlu kita lakukan agar kita dapat terkoneksi dengan kehidupan nyata. Kita dapat mengatur gawai kita dalam beberapa mode misalkan mode fokus bekerja dan memberikan laporan dalam gawai berapa banyak kita menghabiskan waktu dengan gawai sebagai reminder atau refleksi.

2.    Fokus pada kehidupan nyata

Apabila kita sudah dapat membatasi waktu kita bersama gawai, kita akan lebih mudah terkoneksi dengan kehidupan nyata. Bersosialisasi dengan rekan atau keluarga tentunya memberikan manfaat yang lebih daripada berselancar di media sosial. Kedekatan kita antar individu di dunia nyata tentunya lebih memberikan efek positif di era perubahan hubungan antar individu akibat media sosial.

3.    Fokus pada diri kelebihan diri sendiri

Ketika kita fokus pada kelebihan kita, kita dapat lebih menghargai diri kita sendiri. Kita Kita tidak akan punya waktu untuk membandingkan kehidupan dan pencapaian kita dengan orang lain. Keadaan ini tentunya mengurangi kecemasan dan meningkatkan perasaan puas terhadap pencapaian yang sudah didapatkan dalam hidup.

 

Sumber Gambar:

Image by Freepik

 

Referensi:

Alutaybi, A., Al-Thani, D., McAlaney, J., & Ali, R. (2020). Combating fear of missing out (FoMO) on social media: The FoMO-R method. International journal of environmental research and public health17(17), 6128.